Pascasarjana-UMSU | Asosiasi Kantor Urusan Internasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (ASKUI PTMA) Se-Indonesia menggelar Workshop di Aula Pascasarjana UMSU JL. Denai No. 217 Medan. 16-17 Oktober 2018.
Kegiatan yang mengambil tema “Empowering Internationalization at PTM” ini diikuti oleh 48 KUI PTMA. Workshop ini dibuka langsung oleh Wakil Ketua Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof Dr H Edy Suandi Hamid, M.Ec.
Dalam sambutannya, Rektor UMSU Dr Agussani MAP yang diwakili WR I Dr Arifin Gultom SH MHum mengatakan, bahwa menghadapi persaingan di era Revolusi Industri 4.O dewasa ini, perguruan tinggi bukan saja dituntut untuk memiliki pranata sistem teknologi informasi yang up tu date, tetapi juga harus memiliki kemampuan membangun jaringan kerjasama, baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.
Arifin mengapresiasi Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah yang selama ini begitu serius memprakarsai program internasionalisasi PTMA yang salahsatu fokus kegiatannya adalah mendorong PTMA untuk proaktif membangun kerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi luar negeri.
“Kami menyambut sukacita penyelenggaraan kegiatan ini. Kepada semua peserta kami ucapkan selamat datang di kampus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,” ucapnya.
Lebih lanjut Arifin menegaskan komitmen UMSU untuk mendukung sepenuhnya program internasionalisasi PTMA tersebut. Ia mengatakan, bahwa selama ini walaupun belum begitu maju, namun apa yang telah dilakukan UMSU bukan hanya sebatas wacana semata, tapi sudah direalisasikan dalam bentuk program nyata, misalnya tahun ini UMSU telah mengirim sejumlah mahasiswanya untuk belajar sambil magang ke Jepang, Taiwan, Thailand dan sebagainya.
”Tahun ini kita juga menerima sejumlah mahasiswa asing yang kuliah di UMSU,” ujarnya.
Sementara itu, dalam paparannya, Wakil Ketua Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof Dr H Edy Suandi Hamid Mec mengatakan, bahwa dewasa ini persaingan dunia semakit ketat dan terbuka, dimana di level dunia ada globalisasi dan di level regional ada regionalisasi.
“Hal itu menunjukkan dunia itu semakin tanpa batas (borderless). Jadi internasionalisasi perguruan tinggi itu kemudian menjadi suatu keharusan karena negara kita sudah menandatangani WTO Agreements yang salahsatunya terkait dengan keterbukaan dalam pendidikan,” ujarnya
Oleh karena itu, lanjut Edy, mau tidak mau jika ingin tetap eksis dalam iklim keterbukaan yang sangat kompetitif itu perguruan tinggi harus mempersiapkan diri, tidak terkecuali PTMA.
Menurutnya, PTMA harus melakukan penguatan-penguatan, sehingga bukan cuma sekedar mampu bertahan, tapi juga mampu go internasional. “Bukan cuma mengirim mahasiswanya untuk kuliah di luar, tapi juga mampu mengundang orang luar kuliah di PTM, Tentunya, hal ini butuh penangan yang serius dan spesifik. Dan itulah fungsi dari keberadaan KUI tersebut,” katanya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, bahwa selama ada 5 bidang yang jadi garapan Majlisdikti Litbang Muhammadiyah, dimana Jaminan Mutu dan Kerjasama Internasional merupakan dua bidang yang paling sibuk dan paling banyak kegiatannya. “Makanya saya berharap kegiatan dua hari ini akan menghasilkan kesimpulan yang jelas dan konkrit yang menjadi bahan action program kita baik itu untuk KUI sendiri maupun untuk individual PTMA,” tegasnya.
Edy juga membeberkan, bahwa PTMA itu sangat beragam dan variatif, bahkan deviasinya kadang-kadang sangat jauh sekali, ada PTMA yang sudah sangat advance dalam program internasionalisasi, tapi ada juga yang masih mengalami kesulitan. “Disinilah peran Asosiasi Kantor Urusan Internasional PTMA untuk memberikan stimulus, dimana yang sudah maju perlu ditingkatkan, yang sudah berjalan perlu didorong dan yang belum ada tentunya yang perlu ditumbuhkan,” harapnya.
Terkait program Internasionalisasi PTMA, Majlisdiktilitbang PP Muhammadiyah tidak mau cuma sebatas membuat MoU saja. menurut Edy keberadaan KUI itu diperlukan bukan sekedar untuk sekedar membuat jalinan kerjasama, tetapi membuat kegiatan kerjasama. Akreditasi itu penegasannya bukan dalam hal kerjasama internasional, tetapi kegiatan kerjasama internasional. Artinya, setiap MoU harus ditindaklanjuti secara konkrit dalam bentuk kegiatan kerjasama yang riil.
“Hal ini merupakan prasyarat bagi Perguruan tinggi yang unggul. Gak mungkin sebuah perguruan tinggi di republik ini terakreditasi unggul tanpa kerjasama internasional. Jadi kerjasama internasional itu adalah sebuah kinascayaan jika ingin menjadi perguruan tinggi yang unggul,” kata Edy.
Mengingat begitu penting dan strategisnya perannya dalam konteks internasionalisasi PTMA, maka Edy menyampaikan beberapa advis kepada KUI, diantaranya KUI harus percaya diri (confidence), pro aktif, inovatif membuat terobosan dan cerdas membaca dan memanfaatkan peluang yang ada.”Intinya kita ingi semua PTMA itu maju, dan peran KUI dalam hal ini tentunya sangat kita butuhkan,”. pungkasnya. (*)