PASCASARJANA-UMSU | Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menggelar acara Kuliah Umum dengan tema “Pertumbuhan Ekonomi, Kemerataan dan Kemiskinan di Indonesia” di Aula Pasca Sarjana UMSU Jl. Denai No. 217 Medan, Kamis (18/1/2018).
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Rektor UMSU Dr. Agussani M.AP tersebut menghadirkan pembicara tunggal Prof. Dr. H. Lincolin Arsyad M.Sc Ph.D, Ketua Majlis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dan Kuliah Umum ini langsung dipandu oleh Dekan FEB UMSU Januri SE MM MSi.
Dalama sambutannya, Rektor UMSU mengatakan, bahwa internasionalisasi PTMA yang sekarang sedang digalakkan oleh Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah merupakan program yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dan harus kita disikapi dengan serius. “Dari pengalam saya selama ini mendamping Prof Linkolin, terasa betul sesungguhnya kita masih ketinggalan. Masih banyak yang banyak perlu kita kejar dan benahi, terutama dalam hal penguatan dan peningkatan kualitas perguruan tinggi kita,” ujarnya.
Rektor juga mengapresiasi kinerja Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Prof. Dr. H. Lincolin Arsyad M.Sc Ph.D yang selama ini selalu proaktif mengarahkan dan mendampingi Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (PTMA) dalam rangka mewujudkan mimpi dan cita-citanya menjadi pusat keunggulan yang berdayasaing, baik di pentas nasional maupun internasional.
Sementara itu Prof. Dr. H. Lincolin Arsyad M.Sc Ph.D dalam prolog paparannya mengatakan bahwa sekarang ini dunia pendidikan tinggi nasional sedang dihadapkan dalam situasi yang krusial terkait persiapan menghadapi era pasar bebas, yang di antaranya juga melibatkan dunia pendidikan tinggi di dalamnya. Ia menjelaskan, Indonesia sudah sepakat menandatangani ratifikasi perdagangan bebas General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) World Trade Organization (WTO).”Implikasinya, mau tak mau Indonesia harus menghadapi era tersebut,” jelasnya.
Terkait hal itu, Lincolin mengatakan, untuk menyikapinya kita harus melihatnya sebagai tantangan dan juga peluang. “Kalau memang kita merasa tidak mampu melawan dan bersaing, maka seyogianya kita memilih untuk bersikap cerdas, misalnya kita jadikan momentum ini sebagai peluang untuk kita menjalin kerjasama dengan institusi perguruan tinggi asing yang akan masuk ke Negara ini,” sebutnya.
Dengan alasan ini pula, kata Lincolin, mengapa pihaknya begitu antusias melancarkan program internasionalisasi PTMA. “Semua ini kita lakukan semata-mata agar PTMA tidak canggung dan mampu bersaing di era persaingan bebas tersebut,” tegasnya.
Sekarang ini, lanjut Lincolin, dari 173 PT yang dimiliki Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, memang kalau dibandingkan dengan PTS yang lain masih unggul, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. “Dari sisi kuantitas ini memang fakta yang sangat membanggakan kita,” ujarnya.
Sedangkan dari sisi kualitas, PTMA juga lebih unggul disbanding PTS lainnya. Lincolin menyebut, sekarang secara persentase jumlah PTMA yang terakreditasi institusi A itu sudah mencapai 4,5 persen dan yang B 41 persen. “Lebih unggul dengan PTS lain yang rata-rata baru mencapai 2,5 %,” bebernya.
Namun meskipun demikian, lanjut Lincolin, fakta ini tidak membuat pihaknya berpuas diri. Justru kondisi ini membuat kita semakin bersemangat untuk terus menggeliat untuk bias mencapai kualitas yang lebih tinggi lagi. Makanya sekarang ini kita lagi fokus untuk mengakselarasi 4 PTM agar dalam waktu dekat bias meraih akreditasi institusi A. Salah satunya adalah UMSU,” sebut Lincilon.
Melihat progress yang ditunjukkan oleh UMSU sejauh ini, Lincilon optimis UMSU akan bias mewujudkan mimpi itu. “Dengan didasari tekad bulat, kekompakan dan kerjakeras, kita optimis Insya Allah UMSU akan bisa meraih Akreditasi Institusi A tersebut,” kata Lincolin. (*)