PASCASARJANAUMSU | Wakil Rektor I Dr Muhammad Arifin Gultom SH MHum mengatakan, bahwa perkembangan teknologi informasi digital yang begitu cepat telah mempengaruhi seluruh sisi kehidupan manusia dewasa ini, tidak terkecuali dunia akademis.
Hari ini, kata Arin, mau tidak mau dunia akademis dituntut mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut. Implikasinya pun dirasakan dalam aktivitas penelitian, dimana muncul kebijakan yang mengharuskan hasil penelitian harus dipublikasi di jurnal-jurnal yang terakreditasi dan bereputasi, baik ditingkat nasional maupun internasional. “Dan semua jurnal itu dikelola secara on-line,” ujar Arifin saat menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara Kuliah Umum dengan tema ‘Strategi Menentukan Topik Penelitian untuk Menembus Jurnal Terakteditasi dan Bereputasi’ yang diselenggarakan oleh Prodi Magister Akuntansi Pascasarjana di Aula Pascasarjana UMSU, Jl. Denai 217 Medan, Jum’at (15/12/2017)
Lebih lanjut Arifin membeberkan, bahwa salah satu situs yang sangat populer dan familiar sekarang ini dikalangan akademisi adalah publikasi jurnal internasional yang bisa terindex Scopus (Scopus Indexed Journals List). “Bagi insan akademisi, siapa yang tidak tahu Scopus? Terlebih bagi mereka yang berkecimpung didunia penelitian. Awalnya mungkin tidak mengerti seberapa pentingnya Scopus itu. Namun, belakangan ini baru tahu ternyata jika seorang dosen ingin penaikan pangkat atau mendapatkan gelar professor, maka persyaratannya ia haruslah memiliki publikasi tingkat internasional, salah satunya Scopus,” jelas Arifin.
Perlu diketahui, Scopus sebagai database abstrak dan citation dari peer-reviewed artikel jurnal, dan literatur dari berbagai sumber website penting lainnya. Scopus juga sebagai database yang terbesar di dunia saat ini, karena sumbernya dari berbagai publisher di seluruh dunia. Tidak hanya Scopus, beberapa index jurnal lainnya seperti: Thomson Reuters, Google Scholar, DOAJ, Portal Garuda DIKTI, EBSCO, CrossRef/DOI,dan lain sebagainya.
Terkait hal itu, lanjut Arifin, adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa prihal publikasi penelitian di jurnal terakreditasi dan bereputasi ini justru menjadi semacam “momok” bagi sebagian orang insan akademis. “Tapi setelah saya pelajari, ternyata itu disebakan kita kurang informasi tentang hal itu. Dan kabarnya, ternyata banyak jurnal terakreditasi dan bereputasi yang ‘gratis’, cuma mungkin kita selama ini tidak tau profil situsnya dan bagaimana mekanisme penerbitannya,” ungkap Arifin.
Karena itualah, Arifin menilai acara Kuliah Umum ini begitu penting untuk memberikan pencerahan dan menambah wawasan kita, terutama terkait dengan ikhwal jurnal publikasi penelitian. “Prof Imam Ghozali adalah sosok yang tepat dan kompeten untuk menjelaskannya. Kapabalitas beliau tidak usah diragukan lagi. Pengalaman beliau dalam dunia penelitian begitu luar biasa dan tidak sedikit karya penelitian dia yang sudah diterbitkan oleh jurnal penelitian yang terakreditasi dan bereputasi,” kata Arifin. (*)